Baru-baru ini, sebuah insiden keamanan siber yang serius mengejutkan industri asuransi Amerika Serikat. Allianz Life North America mengalami peretasan, yang menyebabkan lebih dari satu juta warga Amerika menghadapi risiko informasi pribadi mereka.
Menurut laporan, insiden ini terjadi pada 16 Juli, di mana Hacker berhasil membobol sistem manajemen hubungan pelanggan berbasis cloud pihak ketiga yang digunakan oleh Allianz Life. Penyerang menggunakan teknik rekayasa sosial untuk memperoleh sejumlah besar informasi sensitif, termasuk data identitas pribadi pelanggan, profesional keuangan, dan beberapa karyawan.
Menurut analisis para ahli keamanan, informasi yang bocor kali ini sangat luas, mencakup nama, alamat email, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor telepon, dan alamat fisik. Yang lebih mengkhawatirkan, sebagian data yang bocor juga mengandung nomor identifikasi pajak, informasi lisensi, hubungan perusahaan, dan konten sensitif lainnya.
Kerentanan keamanan ditemukan pada 17 Juli, dan Allianz Life segera mengajukan dokumen terkait kepada Kantor Jaksa Agung Maine pada 1 Agustus. Perusahaan menyatakan telah memberi tahu pelanggan yang terpengaruh pada hari yang sama, dan melalui Kroll menyediakan layanan pemulihan pencurian identitas dan pemantauan kredit gratis selama 24 bulan untuk membantu mengurangi potensi kerugian.
Kejadian ini kembali memicu kekhawatiran masyarakat tentang keamanan siber, terutama di industri yang menangani banyak informasi sensitif pribadi seperti keuangan dan asuransi. Para ahli menyerukan perusahaan untuk memperkuat audit keamanan terhadap sistem pihak ketiga dan meningkatkan kesadaran karyawan tentang keamanan siber untuk mencegah ancaman siber yang semakin kompleks.
Bagi konsumen biasa, peristiwa ini juga menjadi peringatan. Disarankan agar pengguna secara berkala mengubah kata sandi, mengaktifkan autentikasi dua faktor, dan memantau laporan kredit mereka untuk mendeteksi kemungkinan pencurian identitas dengan cepat. Di era digital, melindungi keamanan informasi pribadi telah menjadi pelajaran wajib bagi setiap orang.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Baru-baru ini, sebuah insiden keamanan siber yang serius mengejutkan industri asuransi Amerika Serikat. Allianz Life North America mengalami peretasan, yang menyebabkan lebih dari satu juta warga Amerika menghadapi risiko informasi pribadi mereka.
Menurut laporan, insiden ini terjadi pada 16 Juli, di mana Hacker berhasil membobol sistem manajemen hubungan pelanggan berbasis cloud pihak ketiga yang digunakan oleh Allianz Life. Penyerang menggunakan teknik rekayasa sosial untuk memperoleh sejumlah besar informasi sensitif, termasuk data identitas pribadi pelanggan, profesional keuangan, dan beberapa karyawan.
Menurut analisis para ahli keamanan, informasi yang bocor kali ini sangat luas, mencakup nama, alamat email, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor telepon, dan alamat fisik. Yang lebih mengkhawatirkan, sebagian data yang bocor juga mengandung nomor identifikasi pajak, informasi lisensi, hubungan perusahaan, dan konten sensitif lainnya.
Kerentanan keamanan ditemukan pada 17 Juli, dan Allianz Life segera mengajukan dokumen terkait kepada Kantor Jaksa Agung Maine pada 1 Agustus. Perusahaan menyatakan telah memberi tahu pelanggan yang terpengaruh pada hari yang sama, dan melalui Kroll menyediakan layanan pemulihan pencurian identitas dan pemantauan kredit gratis selama 24 bulan untuk membantu mengurangi potensi kerugian.
Kejadian ini kembali memicu kekhawatiran masyarakat tentang keamanan siber, terutama di industri yang menangani banyak informasi sensitif pribadi seperti keuangan dan asuransi. Para ahli menyerukan perusahaan untuk memperkuat audit keamanan terhadap sistem pihak ketiga dan meningkatkan kesadaran karyawan tentang keamanan siber untuk mencegah ancaman siber yang semakin kompleks.
Bagi konsumen biasa, peristiwa ini juga menjadi peringatan. Disarankan agar pengguna secara berkala mengubah kata sandi, mengaktifkan autentikasi dua faktor, dan memantau laporan kredit mereka untuk mendeteksi kemungkinan pencurian identitas dengan cepat. Di era digital, melindungi keamanan informasi pribadi telah menjadi pelajaran wajib bagi setiap orang.